Sabtu, 23 Februari 2013

Hantu itu bernama "UN"

Pagi ini mentari cerah bersanding dengan angin sejuk, dua makhluk Allah yang sedari tadi tersenyum menemani di bawah rindangnya pohon samping rumahku. Aku memainkan jemariku diatas keybord sambil mencoba memutar otak untuk bernostalgia ke beberapa tahun silam tepatnya disaat aku sedang berhadapan dengan Ujian Akhir Nasional (UAN). Berhadapan dengan UAN merupakan saat-saat yang paling mendebarkan sepanjang hidupku kala itu.
Bukan berlebihan ketika aku menyebut itu sebagai momentum yang “syakral” dengan posisi sebagai seorang pelajar. Bagaimana tidak selama 14 tahun duduk di bangku sekolah mulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan kelas III SLTA (sekarang berubah nama menjadi kelas XII)  akan dtentukan hanya selama 3 hari bersama 3 Mata Pelajaran berbeda yaitu Matematika, Bahasa Inggris, dan Ekonomi (untuk jurusan IPS).
Aku juga menyebut UAN tidak lebih sebagai gerbang untuk masuk kedunia pendidikan yang sesungguhnya karena ketika Aku bisa membukannya maka Aku akan menemukan hal baru yang belum pernah  Aku ketahui sebelunya, tapi jika tidak bisa membukanya maka itu berarti Aku gagal untuk mendapatkan sensasi baru dalam dunia pendidikan.
Berangkat dari sana kemudian Aku berasumsi bahwa UAN sangat menentukan keberlangsungan estafet pendidikanku karena jika seandainya salah satu dari 3 Mata Pelajaran  ada yang kurang dari nilai standar yaitu 4,25 (Nilai standar UAN Episodeku) maka Aku akan dinyatakan sebagai pelajar yang Tidak Lulus UAN, jika tidak lulus berarti tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi dan itu artinya proses belajar formalku terpaksa harus “The End” sampai disitu.
Semua itu belum termasuk sanksi moral yang akan Aku terima jika seandainya tidak lulus UAN, maka berbagai macam ketakutan seakan menjadi hantu seram yang setiap saat menyertai. Bagaimana nanti Ibu-Bapakku?, saudara-saudaraku?, tetanggaku?, teman-temanku? dan bahkan Dunia tentang Aku?. Perasaan inilah yang mungkin juga  di rasakan oleh jutaan pelajar lain yang terkena dampak dari kebijakan tak berpihak ini.
Teringat betul bagaimana ketika Aku pertamakali masuk kelas untuk mengikuti UAN. Aku galau,,,,, gelisah,,,,, kesal,,,,, bahkan sempat berfikir bahwa UAN hanyalah produk dari sebuah kebijakan yang sama sekali tidak menjunjung tinggi nilai keadilan, kenapa Ujian Akhir semacam ini tidak didasarkan pada minat dan bakat dari masing-masing Pelajar?, sederhananya Aku dan siapapun yang membaca surat Curhat ini pasti punya kelebihan dan kekurangan yang tidak sama tapi kenapa kemudian dititik evaluasi kita di paksa untuk masuk kedalam “kamar” yang sama?.... standar kelulusan yang ditetapkan juga “dipukul” rata, sedangkan kuwalitas sekolah di Indonesia??!!!.....
Hhhmmmmm,,,,,,,,….
Sangat belum bisa dikatakan sama.
Berontak tapi tak bisa berbuat banyak adalah gambaran keadaanku waktu itu, tapi   Alhamdulillah begitu pengumunan kelulusan datang akhirnya Aku dan semua teman-teman sekelasku dinyatakan sebagai peserta Ujian yang “Lulus” UAN. Jujur Aku tak menghiraukan nilaiku, yang aku rasakan hanyalah senang dan bersyukur karena akhirya Aku dan tema-temanku bisa keluar dari “Jebakan” UAN.
Aku senang tapi juga miris bagaimana tidak belum lama setelah hari pengumuman kelulusan berbagai media memunculkan kabar yang bagiku sangat memilukan. UAN mengakibatkan banyak pelajar yang (maaf) Tidak Lulus merasakan trauma dahsyat mulai yang shock sampai dengan yang mencoba bunuh diri dengan berbagai cara. Na’udzubillah…….. seakan bertolak belakang dengan suara-suara sumbang; “UN mampu meningkatkan prestasi pelajar anak Negeri”.
“SITUBONDO, SENIN- Ujian Nasional tingkat SMA sudah tujuh bulan berlalu, tetapi bagi Edi Hartono (19), aib karena gagal UN masih terus terasa menyesakkan. Setelah mengurung diri di rumah neneknya, mantan siswa SMA di Besuki itu akhirnya bunuh diri,” -Kompas, Senin (1/12/08) dini hari-
Achhhhhhh,,,,,,,,,
Semakin stresss jika harus terus memikirkan itu.
“Allahummahdina fiiman haadain………………………!!!”
********
Sesekali Aku mengusap keningku sembari mencari posisi duduk yang lebih nyaman. Sinar mentari pagi yang sedari tadi menemani perlahan bergeser meninggi, sedangkan angin masih tetap dengan senyum damainya sedamai Iman dalam hati atau kasih berdasar ridha Ilahi. Kembali Aku meneruskan lamunan dalam goresan sejarahku.
UAN sekarang berubah nama menjadi UN (Ujian Nasional), Pelajaran yang di ujikan juga tidak lagi sama seperti Episodeku dulu tapi apapun nama yang dipakai  UN bagi saya hanya justru akan menimbukan berbagai masalah baru, masalah untuk masalah dan bukan solusi untuk masalah.
Aku merasakan ada semacam dilema berantai dalam system pendidikan kita saat ini khususnya ketika berbicara masalah UN. Lihat saja, guru seakan merasa dihantui dengan kepala sekolah jika seandainya ada siswa yang tidak lulus pada mata pelajaran yang diajarkan. Kepala Sekolah juga merasa takut dengan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) setempat seandainya siswa disekolahnya tidak lulus 100%, UPT juga seakan “terancam” oleh Kepala Dinas dimasing-masing kota atau kabupaten dan begitu seterusnya sampai pada tingkatan paling atas. Akibatnya banyak sekolah yang secara sadar maupun tidak sudah berani mematahkan nilai kejujuran yang sudah dibangun sekian lama hanya demi mendapatkan pradikat bahwa siswanya lulus 100%.
Ah kejamnya,,,,,,,,
“UN melawan Hantu Berantai”
Pada dasarnya evaluasi memang menjadi satu hal yang tidak bisa kita pandang sebelah mata ketika kita berdiskusi masalah apapun karena dengan evaluasi maka kita akan lebih merasa mantab untuk menentukan arah kemana kita akan meneruskan langkah. Tapi yang pelu menjadi catatan adalah evaluasi bukan asal evaluasi, evaluasi membutuhkan kejernihan hati serta kestabilan emosi, bukan produk dari emosi sesaat.  
************
Aku melihat jam dipergelangan tangan kananku tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 Wib. Terdengar perempuan memanggil dari dalam rumah,
“Nak, makan dulu,,, nanti diteruskan lagi…!!!”
Iya itu suara lembut Ibu, sungguh panggilan khas penuh kasih yang mampu dengan seketika menyejukkan hati. Emosi dari efek nostalgiaku seketika berubah menjadi senyum indah yang pernah kumiliki. Akupun tersenyum sambil menbalasnya.
“injjeh Buk,,, niki sampun mantun ketiknya..!!
Segera Aku memenutup layar miniku dan bergegas masuk kedalam rumah sambil bergumam dalam hati..
“Robbana aatinaa fiddunyaa hasanah wafil aakhirati khasanah waqinaa ‘adzaa bannaar”
************

Kamis, 21 Februari 2013

Goresan Anak Rantau

By. Wahyudin Anton 
Pagi itu matahari seakan malu untuk keluar dari peraduannya, dedaunan yang awalnya basah mulai mengering dari embun malamnya, begitu juga suara binatang melata yang menghilang entah kemana, perlahan berganti dengan nyanyian burung-burung cantik sambil menari indah dari satu ranting ke ranting lainya adalah gambaran dari satu sisi keindahan Desaku, desa Plososetro. Sebuah desa yang secara geografis terletak dibagian barat Kabupaten Lamongan. Sebuah desa dimana aku pertama kali melihat Dunia, merasakan hawa sejuk alam semesta.
Ketika puluhan juta orang tak merasa bersalah sedikitpun disaat waktunya berjalan begitu saja dan baru akan merasa bersalah bahkan berdosa ketika sedang kehilangan harta atau diputus cinta oleh sang pujangga, maka Aku pagi itu begitu asyik dipojok teras rumah dengan layar monitor miniku, sekedar ingin memaknai setiap detik kesempatan yang diberikan Allah Swt kepadaku, “Dan demi waktu, sesungguhnya orang-orang dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan kesabaran” (QS Al-Ashr: 1-3)
Baru 20 menit bermain bersama layar miniku, ponsel disampingku bergetar menandakan ada panggilan masuk, sebentar Aku lirik ternyata satu panggilan dari nomor baru. Sengaja sering kali aku tidak menerima setiap panggilan dari nomor tak dikenal, tapi entah saat itu seakan ada dorongan halus merasuk yang seperti menyuruh agar aku menerimannya, setelah panggilan petama tidak terjawab nomor tersebut mencoba menelfon kembali, maka segera aku gapai dan terdengar suara dari sebrang sana.
Assalamu’alaikum Wr. Wb. dengan mas Anton yah?..”.
Wa’alaikumussalam Wr. Wb. iya maaf ini dengan siapa?.”,
saya Nina mas dari Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sidoarjo Kota, gini mas kita mau ngadain Pelatihan Taruna Melati 1, nah rencanaya mau minta tolong mas untuk ngisi salah satu materi, gimana mas?.”
ow iya, tolong nanti dikirim aja surat dan proposalnya ke email PW IPM Jatim dulu yah, emailnya jatim@ipm.or.id, ow iya nanti tolong konfirmasi kalo surat sudah dkirim biar saya bisa cek”.
“iya mas, ya sudah klo gitu, syukron”.
Afwan”.
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Wa’alaikumussalam Wr. Wb”.
Aku kembali fokus dengan laptop miniku meski si Amirul, keponakanku yang baru berusia 3 tahun sesekali memanggil ingin mengajak bermain, tapi aku masih asyik menerobos jauh sejauh kemampuan otak kananku..…..!!
**************
Aku pelajari surat dan proposalnya, dari manual acara yang terlampir aku diamanahi untuk mengisi materi “Administrasi IPM”. Hari Sabtu pukul 19.30-21.00 WIB tanggal 17 Desember 2011 bertempat di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Selain itu ada materi “Ke-IPM-an” yang juga di amanahkan kepada Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Timur.  Segera aku kontak ketua Umum, karena beliau berhalangan akhirnya disposisi ke Ketua Bidang Organisasi PW IPM Jawa Timur.
Sabtu ba’da dzuhur cuaca di Lamongan begitu cerah secerah gagahnya sang matahari dalam menerangi bumi sekalian isinya, sungguh mengingatkanku pada sinar logo Muhammadiyah. Logo dengan semangat membara untuk berdakwah menegakkan panji-panji keIslaman.  
Siang itu Aku mulai perjalananku menuju lokasi Taruna Melati 1 dengan satu-satunya inventaris transportasiku yang seringkali menemani disetiap petualanganku, motor Supra 125 TR rakitan tahun 2009. Perjalanan Lamongan sampai gresik berjalan dengan lancar. Baru kemudian setelah masuk kabupaten Gresik  angin berhembus dengan kencangnya, hujan pun begitu deras menyapu setiap sudut jalanan kota, sebagian pengguna jalan tetap nekat melanjutkan perlananan meski mereka harus basah kuyup, ada yang terus melanjutkan dengan mengenakan mantel layaknya aku, juga tidak sedikit yang memilih berteduh diteras-teras pertokoan sepanjang jalan masuk ke kota Surabaya.
Sambil menahan hawa dingin terselip do’a dan keyakinan bahwa Aku akan sampai dengan selamat. Pukul 16.00 Wib Aku belum juga bisa keluar dari kota Surabaya, maka Aku putuskan untuk berhenti di salah satu masjid untuk ruku’ dan bersujud kepada-Nya. Wajahku terasa segar setelah tersapu dengan air wudhu.
“Trimakasih ya Rabb…
kali ini Engkau jadikan angin kencang dan hujan lebat sebagai teman Sholat Asharku”.
 “La haula walaa quwwata Illa Billlah”.
Akhirnya aku sampai di lokasi Taruna Melati I, SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo.
Engkau tunjukkan kepadaku Cahaya-cahaya kecil yang kelak insyaAllah akan menjadi pejuang-pejuang dijalan-Mu”. Syukurku dalam batin ketika aku melihat semangat membara adik-adik peserta Kegiatan…..!
Sang fajar perlahan keluar dari peraduanya menunjukkan jika waktu shubuh telah tiba, Masjid-masjid seakan tak mau kalah untuk berlomba mengundang para jamaahnya, maka dengan penuh keyakinan Aku melangkahkan kaki untuk memenuhi undangan itu. sungguh Aku terhanyut dalam indahnya irama Hijaz dari lantunan QS. Ar-Rahman yang dibaca oleh sang Imam, sungguh menandakan bahwa beliau pasti mempunyai ilmu keagamaan yang sangat luar biasa. Sedang aku, masih sangat banyak kekurangan, sangat sering melakukan kesalahan, maka tak sadar air bening pun keluar membasahi….
“Allahummaghfilii waliwa lidayya warhamhuma kamaa Robbayani shaghiraa”.
Ba’da shubuh Aku bersiap melanjutkan safarku, pagi ini juga Aku harus menuju Yogyakarta. Ada beberapa tugas yang harus aku selesaikan disana, termasuk mengurus pembuatan Kartu Tanda Anggota IPMawan-IPMawati Kabupaten Pasuruan. Segera Aku  berpamitan dengan adik-adik panitia dan peserta TM, sesampainya d Terminal Bungurasih-Surabaya Aku menitipkan motorku kemudian berjalan menyusuri trotoar menuju antrian puluhan bis yang akan mengantar ratusan penumpang dengan berbagai jurusan yang berbeda.
Biuuuyyyhhh, lelahnya…..” . Gumamku dalam hati karena lamanya perjalanan ini.
 Bayangkan, Pukul 06.00 Wib berangkat dari Surabaya, dan sekarang pukul 13.00 Wib baru sampai di terminal Tirtonadi, Solo. Panasnya cuaca semakin menambah rasa capek dan letih, tapi disi lain aku tetap mencoba untuk bersyukur karena dengan beginilah aku bisa merasakan bahwa perjalanan hidup setiap orang sangatlah berbeda.
Trimaksih ya Allah, Engkau sudah mengajari aku melalui berbagai pengalaman ini”.
Mas,,,,, Kosong yah?.” Penumpang yang baru naik bis menyadarkan lamunanku sambil menunjuk kursi kosong disebelah kananku.
ow iya mas, silahkan” Jawabku dengan sebisa mungkin menutupi rasa kagetku.
************
Dua hari sudah Aku di Yogyakarta maka aku harus segera balik ke kampung halaman. Selasa pukul 22.00 WIB perlahan aku mulai meninggalkan kota yang penuh dengan Sejarah ini dengan Bus Eka jurusan Yogyakarta-Surabaya. Rasa lelah menjadikanku terlelap dalam iringan cahaya lampu jalanan yang seakan berlarian cepat menjauh kebelakang.
Aku melihat pergelangan tangan kananku, waktu sudah menunjukkan pukul 05.20 WIB, ternyata aku sudah sampai surabaya.  Teringat aku belum menunaikan sholat Shubuh. Di masjid ramai orang tapi satu pun aku mengenal, aku segera ambil air wudhu dan menunaikan kewajiban yang sudah menjadi kebutuhan ruhaniku. Aku takbir, Aku ruku’, Aku bersujud dan Aku berdo’a.
 Semoga Engkau selalu memberikan kekuatan pada langkahku untuk menjalankan setiap titah-Mu”.
Seusai sholat aku bergegas mengambil motorku yang sudah 3 hari aku tak menjumpainya, aku harus bisa sampai di rumah sebelum pukul 07.00 Wib, jika tidak begitu, maka adik-adik disana pasti akan menunggu sembari terus melihat ke arah pintu kelasnya.
Mas ambil motor”, sapaku kepada penjaga parkir sembari menunjukkan selembar karcis bukti bahwa aku menitipkan motor ditempatnya.
Tunggu sebentar mas”. Jawab penjaga parkir.
Mas kok gak ada yah motornya” sapaan penjaga setelah merasa tidak ada motor dengan nomor polisi yang cocok dengan nomor yang tertulis di lembar karcis dariku.
Gak ada gimana maksudnya mas?” tanyaku meyakinkan.
Iya mas, kok gak ada disni motornya” jawabnya dengan sedikit lebih yakin.
Mendengar jawaban itu maka aku mencoba ikut mencari motorku kesudut-sudut ruang parkir, semua motor gak ada yang aku kenal. Maka sambil berusaha setenang mungkin, aku kembali bertanya.
Trus gimana ini mas?.
Bos saya sekarang lagi keluar kota, tolong STNK dan Karcis aslinya ditinggal disini biar nanti saya dan bos saya yang akan lapor ke polisi”.
Waduh maaf mas gak bisa, gini aja saya sekarang minta nomor ponsel bos anda bisa!?.
Iya mas saya kasih, tapi karcis dan STNKnya harus ditinggal disini”. Suara penjaga semakin keras seakan memecah hembusan angin pagi.
Aku tak mau ambil resiko, jika karcis dan STNK Aku kasihkan kemudian terjadi apa-apa dengan karcis dan STNKku maka aku tidak punya barang bukti untuk mengurus masalah ini. Segera aku mengambil ponselku dan mencari nomor atas nama PW Ari Kurniawan.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Kamu dimana Ar, saya lg kena musibah nih..
Innalillahiwainna ilaihi rajiun, musibah apa ton?.”
Motorku hilang diparkiran Bungurasih.
Waduh, yaudah saya segera kesana sekarang
Saya tunggu yah, makasih. Assalamu’alaikum
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Setelah itu aku cari nomor kontak dengan nama Amirul Mukminin, nomor kontak ini adalah nomor kakak perempuan saya yang sudah berkeluarga di Tuban. Aku beritahu dan aku minta agar tidak ke Ibu dirumah, karena aku yakin jika ibu tau pasti dia akan panik dan  justru itu akan tidak baik. Maka aku putuskan untuk hanya menghubungi orang-orang yang saya anggap aman untuk dhubungi terlebih dulu, mbak Ekva Nuriyati, Kak Jasmono, Kak Budi Ismail, dek Tunik Rujuluna dan teman seperjuangan Achmad Rosyidi adalah termasuk mereka yang pertama aku kabari.
************
Aku masih di area parkiran. Aku menyaksikan ratusan orang disibukkan dengan aktifitasnya masing-masing, begitu juga Bis yang tak pernah berhenti berkejaran meninggalkan terminal. Digerbang keluar bis tak pernah Aku jumpai sepi dari para pedagang asongan, tukang ojek maupun angkot yang sekedar mangkal sebentar untuk mencari tambahan penumpang dan yang paling membuat aku miris adalalah anak-anak belia itu, anak-anak yang semestinya jam segini tertawa riang mengenakan seragam putih dengan tas dipunggungnya, tetapi mereka harus berjuang keras melawan ganasnya zaman, mereka harus mengamen dari bis satu ke bis yang lainnya. Aku seringkali heran dengan Negeriku sendiri, Indonesia yang katanya kaya tapi tetaplah menyisahkan banyak luka, yang katanya sekolah gratis tapi jutaan anak-anak putus sekolah, yang katanya perekonomian meningkat tapi berita kurang gizi masih sering menghiasi layar televisi.
Hyyymmmmmm. Aku menarik nafas panjang dan mencoba untuk bisa tetap tenang, mungkin setenang angin pagi yang bertiup. Aku menunggu kawanku datang, datang untuk setidaknya membantu meringankan bebanku disini.
Ari Kurniawan pun datang. setelah aku bercerita seperlunya, aku ajak dia mencari tempat foto copy untuk mengcopy semua berkas dalam dompet yang sekiranya perlu menurutku. Setelah itu aku kembali ke tempat parkiran untuk menemui petugas jaga parkir
Mas, ini sudah aku foto copy. Sekarang saya minta nomor kontak bos Parkir anda.” Kataku sambil mengasihkan berkas yang sudah saya foto copy.
Wah gak bisa itu mas, harus yang asli. Mas harus percaya sama saya!!???” lagi-lagi perkataan itu muncul dengan suara dan nada yang keras.
Maaf mas, bukan saya gak percaya, tapi untuk antisipasi esok hari. Saya gak bisa serahkan yang asli”.
 Udah ton mau atau tidak kasihkan saja foto copyan itu, kita tinggal saja. Bilang besok kita aka kesini lagi  Ari yang dari tadi diam mencoba memberikan solusi.
Ya sudah mas, tolong ini nanti dikasihkan ke bos parker anda dan bilang kalau besok saya kesini lagi ingin bertemu dengan beliau” ucapan terakhirku sebelum aku meninggalkan tempat parkir.
Dengan berbagai pertimbangan maka aku memutuskan untuk melapor ke polisi dulu. Sebelum berangkat menuju Polsek Waru - Sidoarjo aku sempatkan telfon lagi IPMawan Rosyidi untuk membantuku melapor ke kepolisian. Ari tidak bisa menemaniku ke Polsek karena masih ada kerjaan yang harus dia selesaikan.
OK trimakasih Ar, hati-hati…..
Yoi, semoga lancar. Assalamualakum”.
Waalaikumsalam”.
Tak menunggu lama, aku dan Rosyidi pun segera meluncur ke Polsek Waru.
*************
Alhamdulillah…
 Sykurku karena masalahku sudah masuk berita acara kepolisian. Setidaknya aparat keamanan sudah mengetahui kasus ini. Pak wardi, polisi yang menangani kasusku saat itu bilang.
kemrin belum lama ini juga ada kehilangan motor mas di area parkir situ mas,
Trus gimana itu pak kelanjutannya?.” Tanyaku penasaran.
Alhamdulillah pihak korban mendapat ganti penuh, jadi semoga nanti anda juga demikian”. Jawaban beliau sedikit menghiburku dan mendoaka semoga aku bernasib sama dengan korban yang deceritakan..
Ow iya bapak amin, trimaksih”.
Setelah dirasa cukup maka Aku segera meninggalkan Polsek. Rosyidi mengajakku untuk mampir kerumahnya, paling tidak sekedar untuk istirahat sejenak, sedang aku yang dibonceng mengangguk tanda setuju. Sesampai dirumah rosyidi ponselku berbunyi menandakan ada panggilan masuk, ternyata benar. “Nomor Rumah” memanggil.
Assalamu’alaikum…. “ Aku sangat mengenal suara ini, ini suara ibu. Maka dengan selembut mungkin aku menjawab.
Waalaikumussalam.  Injeh buk,”
“Cung, Nok endi saiki?. Piye sidoe urusane?”. Aku faham, ibu saat itu telfon sambil menangis sedih karena aku. Tak sadar ternyata aku pun ikut meneteskan air bening dari mataku. Bukan karena kehilangan motor yang bikin aku meneteskan air mata ini melainkan tangisan ibulah yang membuatku terhanyut dalam kesedihan begitu mendalam.
“Alhamdlillah buk, Kulo sakniki ten daleme mas Rosyidi. Sampun kulo urus ten Polisi , ibu pun usah sedih nggeh….  
Setelah merasa benar-benar bisa meyakinkan kepada Ibu bahwa semua akan baik-baik saja, akupun menutup telfonku.
Sesibuk dan sesusah apapun, jangalan engkau sekali-kali berani melupakan sholat nak!”. Pesan Ibu sebelum menutup telfon. Pesan inilah yang seringkali aku dengar dari mulut beliau semenjak aku masih kecil.
Maka segera aku menuju ruang sholat.
Rabbi,,,, Jika ini adalah cobaan dari_Mu, maka aku ikhlas menerimaya. Kuatkan hambamu ini dalam do’a dan pengharapan..  karena Engkaulah yang maha menguatkan hati para hamba-hambaMu, berilah ketenangan batin padaku dan keluargaku, karena Engkaulah yang maha memberi ketenangan pada setiap hati para hambaMu. Tapi jika ini adalah peringatan dari_Mu, maka sungguh aku mohon ampun atas segalah khilafku”. Tanpa sadar kembali air mata ini menetes deras, membasahi sisi panjang sajadah ini….
“Robbana Atina Fiddunya Hasanah, Wafil Akhirati Hasanah, Waqina Adza Bannar”.
***************
Aku lelah tapi inilah kenyataan, aku sedih tapi inilah kehidupan, sepanjang perjalanan menuju kampung halaman hanya satu yang ada dalam fikiran, ingin segera sampai rumah. Menjelaskan semua kejadian yang sebenarnya agar ibu dan orang-orang rumah bisa tenang. Ibu tidak lagi menangis seperti ketika telfon aku beberapa saat yang lalu…
Assalamualaikum Wr. Wb.” Salamku ketika hendak masuk ke dalam rumah.
Waalaikumussalam, Wr. Wb.” keluargaku menjawab dengan serentak.
Melihat aku datang Ibu langsung memelukku dengan pelukan hangatnya sambil berkata.
Cung kok iso sampek ilang iku piye?....
Niki sedoyo pun dados rencanaipun Allah buk, insyaAllah akan ada nilai mulia dibalik ini semua.” desasku pelan mencoba kembali menghibur sambil membalas pelukan ibu,
Aku tersadar ternyata banyak orang di rumah, saudara yang di Tuban pulang, tetangga pada jenguk kerumah. Aku ceritakan keadaan sebenarnya mulai dari aku berangkat ke Sidoarjo sampai aku kehilangan motor. Semua yang mendengarkan seakan ikut merasakan kesedihan. Sebuah kehangatan hidup bermasyarakat dipedesaan begitu terasa, ketika ada satu orang yang sedang mengalami musibah maka semua seakan ikut merasakan. Subhanallah……….!
Allahuakbar.!
Do’a Ibundaku, Bapakku, Saudara-saudaraku, Guru-Guruku dan Teman-temanku ternyata benar-benar didengar oleh Allah, Alhamdulillah tepat tiga minggu setelahnya Allah mengganti motorku yang hilang…..!!!
“Sungguh Allah senantiasa mengetahui apa yang hakekatknya kita butuhkan, bukan sekedar apa yang kita inginkan”.  Jika Allah sudah berjanji, maka tak akan ada ingkar setelahnya….!!!!
Thanks for All……!!!!!!