Sabtu, 23 Maret 2013

Menjemput Malam

Pada siang ketika matahari bermesrahan dengan awan.
Izinkan aku mengukir sejarahku dengan tinta kerinduan.
di Planet keindahan.....
Bersama sejuta impian.....

Aku menikmati panorama alam.
Alam yang butuh keseimbangan.
Sebagai lukisan tak terkalahkan.
Iya, kapanpun dan oleh siapapun.

Aku pun terkagum.
Ketika desiran ombak kecil berlarian.
Ketika ribuan burung itu bernyanyian.
Untuk menjemput malam.

Esok ketika kau terjaga.
ceritakan kepadaku tentang taman Planet kita.
Tentang matahari keabadian yang merangkak perlahan.
Tentang indahnya kilauan warna-warni cahaya lampu dikejauhan.

Ah,,,
Aku ingin bisa menggengam waktu.
Agar aku bisa tersenyum selalu.
Walau hati dibelenggu rindu.

#P. Bangau

Kamis, 14 Maret 2013

di Ujung Senja

Ketika fajar menyibak pekat  
Gelap perlahan berpamit
Embun menyapa pagi, kemudian pergi...
Berganti mentari yang mulai meninggi

 
Setiap pagiku adalah baru,
dan setiap yang baru adalah Impian.
Kala itu aku punya satu impian 
Sebuah mimpi menakhlukkan kemalasan saat siang menantang

 
Ditengah perjalanan waktuku.
Aku terdampar dalam senja yang remang, teduh dengan pemandangan 
Matahari berwarna keemasan, awan yang merah terbakar, langit jingga,
dan lautan yang biru menghampar.

 
Aku menari dengan tarian riang.
Berfikir dengan fikiran tenang
Sampai siang menghilang
Menutup siang dengan berjuta kemesrahan.

 

Sabtu, 09 Maret 2013

Mengapa Surat At-Taubah Tanpa Bismillah

Memang benar tidak ada lafadz basmalah pada surat yang kesembilan, yaitu surat At-taubah, atau sering disebut juga dengan nama surat Baro'ah. Disebut dengan Baro'ah yang bermakna pemutusan hubungan, karena isinya merupakan bentuk pemutusan hubungan dengan musuh-musuh Islam saat itu. Pada penulisan surat At-Taubah dalam mushaf Al-Qur’an, lafadz basmalah tidak dicantumkan dipermulaan surat tersebut. Hal tersebut berbeda dengan surat-surat yang lainnya yang mencantumkan basmalah di permulaan ayat.
Ada beberapa penjelasan dari para ulama mengapa basmalah tersebut tidak dicantumkan di permulaan surat At-Taubah.

1. Pendapat Pertama Al-Mubarrid berpendapat bahwa merupakan kebiasaan orang Arab apabila mengadakan suatu perjanjian dengan suatu kaum kemudian bermaksud membatalkan perjanjian tersebut, maka mereka menulis surat dengan tidak mencantumkan basmalah di dalamnya. Maka ketika turun surat baro’ah (At-taubah) yang memutuskan perjanjian antara Nabi SAW dengan orang-orang musyrik, beliau mengutus Ali bin Abi Thalib ra. kemudian membacakan surat tersebut tanpa mengucapkan Basmalah di permulaannya. Hal ini sebagaimana kebiasan yang berlaku di bangsa Arab.

2. Pendapat Kedua Riwayat Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas ra. bahwa ia pernah bertanya kepada Ali bin Abi Thalib tentang sebab basmalah tidak ditulis di permulaan surat Baro’ah. Ali bin Abi Thalib ra. menjawab, "Basmalah adalah aman (mengandung rasa aman) sedangkan Baro’ah turun dengan pedang (berkaitan dengan peperangan)."

3. Pendapat Ketiga Riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzi dan an-Nasa’i dari Ibnu Abbas ra, bahwa beliau ra. pernah bertanya kepada Utsman bin al-Affan ra, "Apa yang menjadi alasan Anda mencantumkan surat At-Taubah setelah surat Al-Anfal, tanpa mencantumkan basmalah di antara keduanya?" Beliau menjawab bahwa Rasulullah SAW apabila turun suatu ayat, maka beliau akan memanggil para penulis wahyu dan berkata, "Cantumkan ayat-ayat ini di surat yang disebutkan di dalamnya anu dan anu. Surat Al-Anfal merupakan surat-surat yang pertama diturunkan di Madinah, sedangkan Baro’ah merupakan surat yang terakhir turun. Dan ternyata kisah yang terkandung di dalam kedua surat tersebut saling menyerupai, sehingga aku mengira bahwa surat Bara'ah termasuk surat Al-Anfal. Kemudian Rasulullah SAW wafat sebelum sempat menjelaskan hal tersebut.

Oleh karena itu aku menggandengkan kedua surat tersebut dan tidak mencantumkan basmalah di antara keduanya dan menempatkannya dalam As-Sab’u Ath-Thiwal. (Tafsir Fathul-Qadir karya Imam Ali As-Syaukani II/415-416). Itulah beberapa pendapat mengenai alasan tidak dicantumkannya basmalah di permulaan surat At-Taubah.
Oleh karena itu jika kita membaca surat tersebut dari permulaannya, maka kita hanya disunahkan mengucapkan ta’awudz saja tanpa basmalah. Demikian halnya jika kita membaca dari pertengahannya. Kita juga cukup membaca ta’awudz saja. Apabila kamu membaca al-Qur'an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.(QS An-Nahl: 98)


Sumber*http://petanidakwahmenulis.blogspot.com/2009/08/mengapa-surat-at-taubah-tanpa-bismillah.html

Baca juga.
Surat At-Taubah tanpa bismillah-1

Ketika Aku merasa Berdusta

Seorang pemuda belia, demikian terkutip dari Ibn Al 'Arabi dalam Futuhat Al Makiyah, menemui gurunya dalam keadaan pucat pasi pada suatu pagi. "Wahai Guru", ujarnya, "Semalam aku menghatamkan Al-Qur'an dalam sholat malamku".

Sang Guru tersenyum. "Bagus Nak", ujarnya. "Dan nanti malam tolong hadirkan bayangan diriku dihadapanmu saat kau baca Al-Qur'an itu. rasakan seolah-olah aku sedang menyimak apa yang engkau baca.

Esok harinya, sang murid datang dan melapor pada gurunya. "Ya Ustadz", katanya, "Semalam aku hanya sanggup menyelesaikan separuh dari Al-Qur'an itu".

"Engkau sungguh telah berbuat baik," sang guru menepuk pundaknya. "Nanti malam lakukan lagi dan kali ini hadirkan wajah para shohabat Nabi yang telah mendengar Al-Qur'an itu langsung dari Rasulullah. Bayangkanlah baik-baik bahwa mereka sedang mendengarkan dan memeriksa bacaanmu."

Pagi-pagi sang murid sudah menghadap dan mengadu, "Duh Guru," keluhnya. "Semalam bahkan hanya sepertiga Al-Qur'an yang aku lafalkan."

"Alhamdlulillah, engkau telah berbuat baik," kata sang guru mengelus kepala si pemuda. "Nanti malam bacalah Al-Qur'an dengan lebih baik lagi, sebab yang akan hadir dihadapanmu adalah Rasululah Saw sendiri. Orang yang kepadanya Al-Qur'an diturunkan.

Seusai sholat shubuh sang guru bertanya, "Bagaimana sholatmu semalam?"
"Aku hanya mampu membaca satu juz guru," kata si pemuda sambil mendesah, "itu pun dengan susah payah".

"Masyaallah," kata sang guru dengan memeluk sang murid dengan bangga, "Teruskan kebaikan itu, Nak. Dan nanti malam tolong hadirkan Allah 'Azza wajalla di hadapanmu. Sungguh selama ini pun sebenarnya Allahlah yang mendengarkan bacaanmu. Allah telah menurunkan Al-Qur'an. Dia selalu hadir didekatmu. Jikapun engkau tidak melihatNya, Dia pasti melihatmu. Hadirkan Allah, karena Dia mendengar dan menjawab apa yang Kau baca."

Keesokan harinya, ternyata pemuda itu jatuh sakit. Sang guru pun datang menjenguknya. "Ada apa denganmu?" tanya sang Guru.Sang Pemuda berlinang air mata. "Demi Allah, wahai Guru'" ujarnya. "Semalam aku tak mampu menyelesaikan bacaanku. Hatta, cuma Al-Fatihah pun tak sanggup aku menamatkannya. ketika sampai pada ayat, "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in" lidahku kelu. Aku merasa aku sedang berdusta. Dimulut aku mengucapkan "Kepada-Mu ya Allah, aku menyembah'" tapi jauh dalam hatiku aku tau bahwa aku sering memperhatikan yang selain Dia. Ayat itu tak mau keluar dari lisanku. Aku menangis dan tetap saja tak mampu menyelesaikannya."

"Nak,,,,," kata sang Guru sambil berlinang air mata, "Mulai hari ini engkaulah guruku. Dan sungguh aku ini muridmu. Ajarkan padaku apa yang telah engkau peroleh. sebab meski aku membimbingku di jalan itu, aku sendiri belum pernah sampai pada puncak pemahaman yang kau dapat hari ini..."
*Subhanallah...........*Dalam Dekapan Ukhuwah....!!!#Serpihan Iman...!

Rabu, 06 Maret 2013

Menuju Puncak



Pendidikan sudah menjadi kebutuhan sepanjang hayat setiap manusia, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing untuk menjadi yang terbaik.


Rabo (3/3) MA Muhammadiyah 9 Lamongan telah mendelegasikan 6 siswanya untuk mengikuti Olimpiade Matematika tingkat Jawa Timur yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (Matriks) Pendidikan Matamatika Universitas Muhammadiyah Malang untuk Regional Lamongan yang bertempat di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Lamongan. 

Ketika kita sedang berada dalam sebuah kompetisi hebat maka menjadi yang terbaik itu penting, tapi yang terpenting adalah bagaimana menanamkan jiwa kompetitif dalam diri setiap kita. Sebuah spirit untuk berdiri diatas puncak kesuksesan. Sukses untuk MAM 9 Lamongan!.

Senin, 04 Maret 2013

Sinus, Cosinus & Kangen

Mungkin di satu sisi kamu gak mengerti
Kenapa segi empat harus berbelah dua
Menjadi sebuah segitiga

Mungkin di lain sisi kamu gak peduli
Kenapa aku sangat rindu kita bersama
Menjadi se_iya juga sekata

Mungkin di satu sisi kamu gak paham
Kenapa di dunia ini harus ada
Sinus,Cosinus, dan juga Tangen

Mungkin di lain sisi
Hatimu tak pendam rasa yang di hatiku selalu ada
Dan yang semua kenal bernama kangen

Tapi misteri sebuah segitiga bisa di pecahkan
Dengan rumus T x L : 2
Jadi misteri antara kita berdua bisa di selesaikan
Dengan rumus kangen + sayang = cinta


Kamu selalu bertanya apa itu ''pi" 
Dan kenapa ia setara dengan 3,14 dan sekian-sekian
Kamu selalu bingung 
Kenapa bilangan itu selalu tergabung
Dalam rumus untuk menghitung sebuah lingkaran
Jawabanya sederhana 
Yaitu ''pi'' adalah sebuah konstanta
Yang maksud dan maknanya adalah sebuah ketetapan
Namun ''pi'' adalah
Sebuah jenis ketetapan yang irasional
Dan aku selalu bertanya
Siapakah diriku sebenarnya
Didalam hari-harimu?
Adakah kamu pedulikan?
Tapi di hatiku , kamu tinggal tetap
Walau cinta ini tak masuk akal
Sumber :  http://noer-dd.blogspot.com/2012/03/puisi-matematika-cinta.html